Friday, October 10, 2014

Halal Bi Halal On The Road, 2014


"Friendship is far more tragic than your love, darling. It lasts longer." - Oscar Wilde
Intro

Suatu hari aku menonton film jadul berjudul The Shawsank Redemption. Mungkin ada beberapa teman yang juga pernah menonton film ini, dan untuk yang belum : segeralah. Film ini menceritakan kehidupan Andy Dufresne  di sebuah penjara bernama Shawsank.

Di film tersebut, Andy Dufresne  pernah dipukuli, ditipu, bahkan disodomi oleh beberapa tahanan disana selama beberapa tahun.  Kehidupan yang keras dipikul sendiri oleh andy, karena toh teman-teman dia, bisa dikatakan tahanan yang baik dengan dia, hanya bisa melihat tanpa dapat memberikan pertolongan apapun. Namun, andy tidak gentar, dia tidak sedikit pun kehilangan semangat akan teman-temannya.

Yang paling aku ingat dari film tersebut adalah sebuah scene sederhana, ketika andy sedang mendapatkan tugas mengerjakan perbaikan sebuah atap gedung penjara bersama teman – temannya:

Ketika itu Captain Hadley, kepala polisi di panjara Shawsank, yang terkenal sadis dan tidak segan untuk membunuh tahanan yang bertindak “macam-macam” sedang memiliki masalah keuangan. Singkat kata, Captain yang bertubuh kekar itu mendapat warisan yang sangat banyak namun tidak mau menanggung pajak akan warisan tersebut.

Andy yang notabene adalah mantan akuntan handal melakukan hal yang sangat bodoh dengan menawarkan bantuan untuk mengatur uang warisan tersebut . Aku katakan bodoh, karena jika Andy gagal, Captain Hadley tidak segan untuk memberikan “pelajaran” kepadanya.

Namun Andy berhasil, uang warisan Hadley utuh.

Dan apa yang diminta Andy kepada Hadley sebagai balasannya : Dia hanya meminta sekotak beer untuk teman-temannya.

Andy hanya duduk disudut atap, tersenyum puas melihat teman – temannya yang sedang menikmati beer. Tidak, tidak, Andy tidak ikut minum. Seorang temannya mencoba menawarkan sebotol beer pun ia tolak. Sederhana kan : Andy mengambil resiko yang besar dalam hidupnya bukan untuk dirinya sendiri, namun untuk teman-temannya. Ia ingin melihat temannya tersenyum.

Andy membahayakan nyawanya untuk sesuatu yang bukan untuk dirinya. Hanya untuk hal naif : melihat teman – temannya tersenyum lepas dengan sebotol beer ditangan. Andy sudah sangat puas akan hal itu.

Tunggu teman, aku menulis cerita Andy diatas bukan berarti aku meminta teman semua untuk mensejajarkan aku dengan Andy. Kalian sudah tau, aku terlalu bajingan dan terlalu penuh omong kosong.

Namun aku juga ingin seperti Andy. Ditengah kehidupan yang sangat rumit dan tidak segampang di FTV ini, aku mencoba menawarkan beberapa cerita yang mungkin bisa membuat teman – teman tersenyum. Dan tentu, tanpa beer J

Cerita yang akan aku tulis dibawah tidak runtut atau berdasarkan kronologis, karena menurutku membosankan. Dan aku tidak ingin terlihat membosankan.

Berikut adalah beberapa cerita yang seperti aku janjikan diatas: Halal Bi Halal On The Road 2014. Enjoy !

1. Bermain Labirin Di Rumah Mas Yanto. 

Sore itu, kira – kira pukul 05:00 pm. Setelah singgah sebentar di rumah Tukul, kita menuju rumah Mas Yanto. Perlu teman-teman ketahui, hari itu adalah hari kedua kita melakukan HBOTR 2014.

Sore yang indah, dengan pemandangan pohon – pohon tinggi khas Gunung Pati membuat perjalanan kita kian mengasyikan. Tidak seperti HBOTR2014 hari pertama dimana kita naik motor, alhamdulillah, hari itu kita bisa naik mobil, untuk lebih lengkapnya kita naik mobil ber-merk KUDA.  Mbahe sebagai sopir, duduk disebelah Mbahe ada Thong, Lupus duduk dibangku tengah, dengan aku dan Dwi duduk mengapitnya. Dibangku paling belakang ada beberapa bekal makanan kita.

Selaras dengan namanya, mobil KUDA kepunyaan Mbahe ini bisa dibilang sangat lebar. Lebih lebar dari Avanza maupun Kijang. Dan jangan pernah meragukan kekuatannya, aku yakin kita akan tetap selamat jika tiba-tiba kita diserang pasukan ISIS menggunakan senapan AK47. Karena dalam hati, aku percaya mobil itu sebenarnya anti-peluru~~

Perlu usaha extra hebat menemukan rumah Mas Yanto menggunakan Kuda. Dengan gang – gang di dalam perumahan tempat tinggal mas yanto yang bisa dikatakan sangat kecil dan tidak layak untuk dilewati mobil sekaliber kuda.  Sebagai perbandingan, jika kita melewati sebuah rumah yang di depannya di parkir sebuah motor, kadang kita perlu meminta tolong pemilik rumah tersebut untuk sedikit merapatkan motornya agar kuda bisa lewat. Sangat menakutkan bukan??

Sudah lebih 15 menit kita berjuang menyusuri labirin perumahan tempat tinggal mas yanto, kita juga belum mendapatkan titik temu. Ingatan setahun lalu pun ikut pudar karena kita terlalu fokus agar Kuda tidak melukai penduduk sekitar.

Kemudian, jalan didepan kita, ada seorang anak kecil yang sedang bermain pistol mainan di dekat gundukan pasir bangunan tepat di depan rumahnya. Kita coba pelan-pelan melewati anak kecil dan gundukan pasir tersebut. Pun kita juga tak lupa untuk memberikan salam kepada pemilik rumah.  Ketika sedang fokus – fokusnya melewati pasir, tiba – tiba terdengar bunyi kencang : KREEEEEEEKKKK !!!!!!

Kita semua panik (untung Kuda tidak ikut panik). Lupus menjerit, Mbahe berkeringat. Kita semua mencari tau apa yang Kuda injak. Dwi menoleh kebelakang dan mendapati pistol mainan anak kecil tersebut patah, terinjak Kuda…

Kita semua bingung, Mbahe semakin panik dan keringatnya semakin banyak. Untuk beberapa saat kita berhenti untuk menunggu apa reaksi anak kecil tersebut. Dan seperti lakon dalam film - film khas Quantin Tarantino, anak kecil tersebut berdamai dengan keadaan, bahkan ia mengubur pistol tersebut dalam gundukan pasir. Dan masih seperti film besutan Tarantino, kita para pecundang, langsung seketika melarikan diri ketika mengetahui anak besar hati tersebut tidak menangis….

10 menit berlalu, dan akhirnya kita berjumpa dengan adik Mas Yanto. Keringat masih membanjiri badan Mbahe, dan wajah kita masih belum bisa keluar dari panik….

Adiknya Mas Yanto, sebut saja Dek Yanti


2. Bertemu Dengan Yang-Paling-Tidak-Ingin-Ditemui Di Rumah Ruth.

Hari pertama HBOTR 2014. Aku naik motor Vario berboncengan dengan Mbahe, Dwi mengikuti di belakang dengan Vixion putih, terlihat sangat tampan.

Memasuki waktu maghrib, adzan sudah berkumandang, dengan matahari yang sudah akan pulang, digantikan bulan yang sudah siap menggantikan tugasnya. Kita menuju Bumi Telogosari.

Sebenarnya, benar apa yang dikatakan para Ustadz atau tokoh Agama, jika mendengar Adzan, segeralah manjalankan sholat, jangan ditunda. Masih kata Ustadz, karena menunda sholat akan mangakibatkan sial menimpa kita. Dan tepat, sial menimpa kita.

Memasuki gang rumah Ruth, kita melihat ibu – ibu sedang mengobrol asyik tepat di depan rumah Ruth. Semakin mendekat, selintas ada seorang Ibu yang sekiranya aku kenal.

Ibu itu menggunakan daster kain beludru coklat bermotif bunga – bunga, sangat wagu. Rambutnya dibiarkan terurai, namun tidak nampak bagus. Sangat mirip Bellatrix Lastrange, sungguh!

Semakin dekat, dan akhirnya kita semua sadar bahwa Ibu tersebut adalah : Bu Zetmi. Benar kata Ustadz: kita mestinya sholat dulu~~~

Mau tidak mau kita harus sedikit berbincang dengan Bu Zetmi, berbicara mengenai kabar dan menjawab pertanyaan klise semacam : “kerja dimana sekarang, mas?” atau “Masih inget Ibu tidak?” (YAIYALAH INGET, KELEEEZ! )

Syukurlah, Ruth segera nampak, dan kita sesegera mungkin mengakhiri perbincangan dengan Bu Zetmi. Semoga sehat selalu, Bu.

Sekedar mengingatkan, ditempat yang sama, tahun lalu Halal Bi Halal 2013, kita disambut dengan sangat ramah oleh Ayahanda Ruth. RIP, Om..



Ruth 1


Ruth 2
Ruth 3 ( Mari julurkan lidah untuk rumah di depan :p )

3.  Bayi Yang Belum Bisa Dilihat Di Rumah Lupi

Hari kedua HBHOTR 2014. Pagi itu, setelah selesai mengunjungi rumah Kenter, kita menuju Bumi Pundak Payung. Kira – kira masih pukul 10:00 am. Wajah kita masih segar, tidak nampak bahwasanya pagi itu kita tidak mandi. Mbahe mem-parkir Kuda agak jauh dari rumah Lupi, dan tentu tujuannya, agar Kuda tidak melukai siapapun…

Dan perlu teman-teman ketahui, ternyata aku, Mbahe, dan Dwi tidak terlalu mengikuti perkembangan dari Lupi. Hal itu dapat kita simpulkan dari perbincangan dibawah ini :


Mbahe : “Mbak Lupi, anakmu mana ??”
Ompong : “He’e mbak Lupi, mana anakmu? Bawa sini dong, biar bisa ketemu sama Om-om keren… wheheheh”
Dwi : (cuman senyum)
Lupi : “ waaah, masih didalem tu loo…”
Mbahe : “owwh, lagi tidur ya?”
Dwi : “ mbok dibangunke sebentar to.. pengen lihat nih”
Lupi : “waaah , yo gak bisa, belum boleh keluar adek bayinya”
Mbahe: “weeh, belum boleh keluar?? Owwh belum waktunya yaa ?? apa masih sakit to?”
Lupi : “ ga sakit..heheheh, cuman belum boleh keluar yo, belum waktunya”
Ompong : “emang disini (di Pundak Payung), bayi boleh keluarnya jam berapa sih?”
Lupi : “ hehehe.. yo pokoke kalau sekarang belum boleh keluar”

*mulai bingung*

Mbahe :” kalau gitu, kita bertiga aja yang masuk ke dalam, kita cuman mau ambil fotonya kog”
Lupi :”yo gak bisaa, Mbahe… ga boleeeh yoo

*tambah bingung*

Ompong : “ lo gimana to mbak Lupi, masak kita ndak boleh lihat bayimu? Terus yang boleh siapa dan kapan??!”  (mulai agak emosi)

Lupi : “gimana mau lihat diozzz, wong bayinya belum keluar !! aku tu masih hamil, belum melahirkaann. Bayinya masih diperut ni loooo…………..

~!@#$%^&*()_+$%^&*()_+#$%^&*()

Dan kita bertiga nampak sangat tolol……………..

Bayinya masih di perut, Bos

Dwi berfoto bersama Fatin dan Vokalisnya Las Child


4. Konspirasi Tingkat Tinggi Anggana Bayu Aji

HBOTR 2014 hari kedua. Sore kira kira pukul 04:00 pm. Aku, Mbahe, Thong, Dwi dan Lupus meninggalkan kota semarang. Kita menuju Kendal.

Karena menggunakan jalan utama Semarang – Kendal kita anggap sudah terlalu mainstream, kali ini kita menuju Kendal melalui jalan Boja. Apakah jauh ?? jangan tanya. Rasanya seperti menuju ke barat mencari kitab suci, Bung. Gelap, kanan kiri hutan, dan seakan-akan tidak ada ujungnya.

Kita hanya bisa melihat pohon dengan penerangan yang sangat minim. Kita bisa saja diberhentikan ditengah jalan oleh beberapa perampok dan mengambil semua barang kita. Namun, aku yakin perjalanan kita akan tetap aman-aman saja, kalian pasti sudah tau alasannya : karena kita mengendarai Kuda~~~

Singkat kata kita sampai dirumah Bose pukul 6:30 pm. Dan kita mendapat kabar bahwa Bose sedang berada di Boyolali, Ayah Bose sendiri yang menyampaikan kabar tersebut kepada kita.

Karena waktu sudah hampir habis untuk sholat maghrib. Kita menyempatkan waktu untuk sholat di masjid di dekat rumah bose. Dan sesaat sebelum kita memulai sholat : Tiba – tiba Bose muncul di hadapan kita. Aneh bin ajaib. Dan aku sampai sekarang tidak mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi.

Setelah melakukan riset, ada 3 percakapan yang kudapati, dan akan aku tuliskan secara sederhana di bawah ini :

A. Percakapan antara Bose dengan Ayahnya pada pukul  05:00  pm

Bose : “ Yah, aku mau minta tolong, penting…”
Ayah : “iya, Nak. Apa yang bisa Ayah bantu untukmu?”
Bose : “yah, nanti mungkin ada 2 orang temanku yang akan berkunjung ke sini, namun aku malas untuk menemui mereka, temanku waktu STM dulu.
Ayah : “nah, kenapa kamu malas nak ?”
Bose : “ mereka itu tukang bully, aku sering jadi korban mereka, apalagi yang tinggi, ahli sekali mem-bully-ku. Suka sekali mem-bully Arsenal-ku yang ga pernah menang liga Champion!! ”
Ayah : “Jahaaaat sekali, lalu apa yang bisa Ayah lakukan untukmu, Nak ?”
Bose : “aku malez ketemu mereka, para tukang bully. Bisa Ayah bilang ke mereka jika aku sedang berada di Boyolali ketika mereka sampai disini ? please Yah…  aku akan berada di kamar saja..“
Ayah :”baik, Nak akan Ayah lakukan……”


B.  Percakapan antara Ompong, Mbahe, Thong, Dwi dan (menyusul) Lupus, dengan Ayahnya Bose, pukul 6:30 pm, ketika baru saja sampai di rumah Bose

Ompong : “Assalamualaikum…
Ayah : “Waalikumsalam….. Monggo Mas, cari siapa ?”
Ompong : “ANGGANA-nya ada Pak ??
Ayah : “owwh Anggana….  Wah Anggananya lagi di Boyolali itu, Mas..
Thong :”owalah, ke Boyolali. Ada acara apa ya, Pak ?”
Ayah : “ sedang ada acara keluarga di Boyolali, mas. Apa tadi tidak telephone dulu? Janjian akan main ke sini ?
Dwi : “ tidak, Pak.. kita tujuannya mau surprise”
Ayah : “owalah.. mas – mas ini temannya STM ?
Dwi : “iya Pak, Stemba”
Ayah : oww.. la gimana, Anggananya di Boyolali itu…”
Ompong : “yaudah, Pak, kita pamit saja. Kita juga mau sholat dulu di masjid sana ( sambil menunjuk masjid dekat rumah bose)”

Namun tiba-tiba Lupus muncul dari belakang.

Lupus : “ Gimana diozz ? Bose ada??”
Ompong  : “ Tidak ada, Pus. Bose lagi pergi ke Boyolali.
Lupus : “aaaah… sayang banget, padahal aku kangen sama bose~~~”
Ayah : “ Mbak nya ini juga temen STM?”
Lupus : “iya Pak, kita semua satu kelas waktu STM dulu”
Ayah : “Anggananya lagi di Boyolali Mbak
Mbahe : “yaudah kalau gitu kita pamit, Pak .. salam buat Anggana kalau sudah pulang”
Ayah : “owh ya monggo…”


C. Percakapan antara Bose dengan Ayahnya tepat ketika romongan meninggalkan rumah untuk menuju masjid. Pukul 06:40 pm.

Bose : “ Gimana yah ? lancar ?
Ayah : “ lancar Nak… aku bilang kamu sedang di Boyolali untuk keperluan acara keluarga…”
Bose : “ makasih Yah. heheh"
Ayah : “ bener katamu, Nak. Si tinggi itu emang kelihatan tukang Bully.. wajahnya antagonis sekali”
Bose : “apa aku bilang, Yah. Maka dari itu aku males. Ehhh … tapi tadi kog kayanya ada suara perempuan ? emang di rombongan itu ada perempuannya ?
Ayah : “iya kogg, ada perempuan-nya.. orangnya pakai kerudung,tinggi, kurus ”
Bose : “sik sik sik, yaaaah.. tinggi, kurus, dan pakai kerudung ?? apakah model – modelnya seperti Taylor Swift dan Mikha Tambayong?"
Ayah : “iya iyaaa. Bener. Modelnya seperti Taylor Swift dan Mikha Tambayong”
Bose : “WHAAAAAAAAT….. itu Nuril Yah …. !! Nuril dateng ke rumah kita Yah …"( sambil matanya berkaca – kaca)
Ayah : “Nuril ?? siapa itu Nuril? Apa hubungan kamu dengan Nuril, anakku ?”
Bose : “ Nuril itu kesayanganku, yah~~ .. Ah, harusnya aku biarkan saja mereka masuk. Aku tidak tau Nuril akan ikut . Yah, kita harus lakukan Plan B.."
Ayah : “Plan B? apa plan B kita, Nak ?"
Bose : “begini, kita bilang saja bahwa yang sedang di Boyolali itu adalah kakak Anggara. Dan Ayah tadi salah dengar.. bagaimana ? aku harus ketemu Nuril, Yah, please…."
Ayah :”baiklah, kita lakukan plan B."
Bose: “thanks Yah, sekarang dimana mereka ?"
Ayah : “mereka ke masjid, mereka mau melaksanakan sholat maghrib. Segera kejar Nak."


Dan setelah itu seperti yang sudah aku tuliskan diatas : Bose muncul di depan rombongan kita, dengan mengutarakan plan B nya.

HAHAHAHAHAHAHA .. Tidak , tidak. Tentu saja itu semua tidak benar. Tentu saja ke-3 percakapan diatas adalah fiktif. Itu hanya hasil kesimpulan jahat sepihak yang aku buat (yang sebenarnya ada kemungkinan benar :p ). Ayah bose memang sepenuh hati salah mendengar antara ANGGANA dan ANGGARA, tidak ada plan B, dan tentu saja tidak ada Bose yang tiba-tiba mau menemui kita cuma karena ada Nuril. Semua murni karena kesalahan komunikasi. Bose mungkin sedikit jahat, namun tidak sejahat itu… haha !!

Mr. Plan B

Rencana yang gagal

5. Menyalurkan Hasil Iuran ke Panti Siti Khadijah


Berbeda dengan HBOTR tahun lalu, tahun ini kita ada misi untuk menyalurkan hasil iuran kita ke Panti Siti Khadijah. Panti ini adalah hasil recomendasi dari sodara kita Ninda Kusuma Yani. Kita menyempatkan waktu untuk mengunjungi Panti Khadijah saat hari pertama, setelah mengunjungi rumah Ninda.

Panti Siti Khadijah ini adalah panti khusus perempuan. Panti yang terletak di Pedurungan Semarang tersebut menampung "cewek-cewek" dari kelas kanak-kanak, hingga tingkat SMA. Dan oleh sebab itu, kita dipertemukan dengan Dek Ana.

Dek Ana adalah murid dari SMK 2 Semarang, tingkat 11. Anaknya sungguh manis, sopan, rambutnya sedikit keriting dan hitam. Dek Ana sedikit malu-malu jika kita ajak berbicara. Bisa dibilang, Dek Ana adalah salah satu yang "dituakan" di Panti ini.

Dek Ana pula lah yang menerima sumbangan kita. Ingin rasanya, entah kapan, bisa bertemu Dek Ana lagi..

Panti Siti Khadijah beserta Dek Ana

 
Anak-anak Panti Siti Khadijah





6. Cerita di dalam foto

Berikut adalah beberapa foto dan tentu saja pada masing – masing foto terdapat cerita seru yang tersembunyi di dalamnya, kadang malah cenderung memalukan tentang HBOTR 2014 kita ini. Tapi mungkin, kadar keanehannya belum bisa menandingi ke 4 cerita sebelumnya. 

Seperti cerita di rumah Kenter dimana ternyata Bu Indra adalah orang yang sangat melek teknologi. Beliau mengenal Whatsapp, Wechat dan segala aplikasi-aplikasi jejaring sosial. Lalu ada cerita bagaimana kita mendapat rokok gratis 2 pack hasil pemberian pacarnya Lupus, mirip saat kita mulai mengenal istilah Sekatan, yang artinya rokok yang memang disediakan untuk tamu di rumah Bang Sept.

Lalu ada cerita, bagaimana Mbahe menabrak suatu pohon dibelakangnya ketika parkir di dekat rumah Tukul, oh,  tapi teman-teman tenang saja, Kuda tidak lecet apapun. Kuda baik-baik saja.
Berikut foto-foto lain :

Hari pertama : 


Malam Persiapan

Persiapan Material


Rumah Ompong

Rumah Ompong 2

Ibunda Sara

Ayahanda Sara

Betty

Dom

Bu Neny (Penting). Haha


Mabox


Dila

Adiknya Fuck_ri
Bayu

Gento

Pacar Gento

Dwi (Dwi akan ikut perjalanan kita selanjutnya)

Eyangnya Mbak Qi

Novita (Teman Mbahe)
Kos Manyun
Dezha

Ninda

Aseeeekk

Bang Sept 1

Bang Sept 2


Hari kedua


Bu Indra

Thong (Thong selanjutnya ikut perjalanan kita)

Kita dan Kuda

Anti peluru dan anti gores, Bung
Lupus beserta Ayah dan Ibu
Wellyndo
Arab dan Kiki
Muna dan Suami
Ayah dan Ibu Tukul
Salis
Ika
Terakhir : Mbahe dan Ki Daus (Adebayor)

Outtro

Terima kasih yang tulus aku ucapkan kepada teman – teman untuk waktu, hidangan, dan obrolannya. Pada dasarnya, aku dengan jujur mengakui, bahwa mengobrol dengan temanku adalah salah satu hal yang paling aku nikmati di dunia ini. Ngobrol itu sederhana, namun menyenangkan.

Aku tidak akan pernah bisa menjadi Andy Dufresne, dan aku adalah brengsek yang paling brengsek. Namun, sayangku kepada temanku akan selalu ku-usahakan lebih besar ketimbang sayangnya temanku kepadaku. Titik.



"I don't ask for much in a friendship. Just don't be a sensitive little faggot, have a sense of humor & stay stay stay loyal to me"- Ted
10 October 2014. Dimas Oscar Setiawan. | Juru foto : Eka Hadi Kusuma



No comments:

Post a Comment

mangga komentarnya...